Tabung sinar X
Pengamanan kegiatan Radiologi
HTT
Table Patient
Cara meguji ada atau tidaknya sinar x
Dasar-dasar pesawat Rontgen
Suction Pump
Radiotherapy
Panoramic
Nuclear Medicine
Infra Red
Fetal Doppler
Electrosurgery
Dental x ray
Audiometry
Spectrophotometer
Radiography
otolaryngology
Light cure
Fluoroscopy
Diathermy
Centrifuge
Audiometer
Mesothelioma
Endowment
Credit Card
Vehicle Insurance
Home Equity
Loan
Divorce
Attorney
Student Loans
Nuclear Medicine
Sunday, September 4, 2011
Thursday, December 11, 2008
Tabung sinar X
Tabung sinar-X
Sejarah sinar-x
Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurxburg jerman, pertama kali menemukan sinar yang berasal dari kristal Barium Planitosianida dalam tabung Gookes Hitrorf yang dialiri listrik.
Fenomena ini merupakan akttroliangnetik serta elektron yang tiba-tiba dihentikan akan mengalami pula percepatandan menimbulkan radiasi. Radiasi ini dinamakan sinar baru atau sinar x, atau juga disebut sebagi sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.
Sifat-sifat sinar-X.
Sinar X mempunyai beberapa sifat antara lain :
a. Daya Tembus.
Sinar X dapat menembus batas, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi, makin tinggi tegangan tabung maka makin tinggi daya tembusnya.
b. Pertebaran.
Apabila berkas sinar-x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala penjuru/jurusan, menimbulkan radiasi sekunder pada bahan zat yang dilaluinya.
c. Penyerapan.
Sinar dalam radiografy, diserap oleh bahan atau zat dengan berat atom atau kepadatan bahan/xat tersebut.
d. Efek Fotografi
Sinar X dapat mengitamkan emulsi film sejalan diproses secara kimiawi dikamar gelap.
Bagian-bagian dari tabung sinar-X (insert tube).
e. Katoda.
Merupakan tempat filamen yang terbuat kawat bahan Tungsten yang mempunyai titik lebur tinggi. Pada filamen inilah terjadi emisi elektron akibat pemanasan filamen.
f. Anoda.
Merupakan sasaran atau target yang akan ditembaki oleh elektron yang dilengkapi dengan bidang focus. Pernukaan anoda membentuk sudut dengan kemiringan 45 derajat. Kemiringan ini untuk mendapatkan fokus efektif agar sinar-x yang keluar tabung dapat terarah sempurna
g. Dinding tabung ( kaca glass/ glass envelope)
Berfungsi untuk menempatkan filamen dan target berada didalam ruangan hampa udara
h. Rotor
Pada tabung sinar-x yang bertype rotating, (Anoda ada dua type yaitu rotating anoda dan stationary anoda), dilengkapi dengan rotor yang berfungsi untuk menggerakkan anoda agar berputar dengan kecepatan sekitar 8000-9000 rpm. Keuntungan pada anoda putar antara lain pendinginan lebih sempurna, target elektron perkenaannya dapat merata .
Kerusakan-kerusakan pada Tabung sinar-X..
i. Kerusakan pada tabung gelas (glass envelope).
1. Tabung gelas berubah warna, hal ini disebabkan pemakain yang lama, permukaan anoda (anoda) menipis akibat pemanasan filamen dan penumgukan elektron..
2. Tabung gelas pecah, karenatabung terbentur waktu digunakan terutama pada pesawat yang dapat dipindahkan (mobile).
3. Tabung gelas retak sehingga tabung tidak hampa udara lagi/kevakuman udara berkurang karena kemasukan udara (gassy).
j. Kerusakan pada Filamen.
1. Kawat pijar filamen putus, disebabkan terjadinya pemanasan yang berlebihan akibat terlalu lama menekan saklar ready atau pemanasan pendahuluan arus pada filamen terlalu besar..
2. Kemungkina putus juga dapat diakibatkan karena lamanya waktu expose terlalu berlebihan dari waktu yang diperkenankan.
k. Kerusakan pada anoda.
1 Permukaan anoda (target/ pada type stationary anode) sudah tidak rata lagi, sehingga sinar-x yang dihasilkan tidak dapat focus lagi.
2 Anoda tidak dapat berputas (pada type otating anode) kerna gulungan stator dan atau elektromotornya rusak.
Pengamanan kegiatan Radiologi
Pengamanan Kegiatan Radiologi
Pengamanan Kegiatan Radiologi.
Kegiatan Radiologi memerlukan peralatan khusus terhadap bahaya radiasi, bahaya listrik, listrik tegangan tinggi, bahaya kebakaran serta bahaya yang disebabkan oleh tidak normalnya fungsi peralatan tersebut, sehingga kecelakaan dapat dihindari.
Pengamanan meliputi pengamanan terhadap manusia, pengamana terhadap alat maupun pengamanan terhadap tabung sinar X.
Untuk itulah perlu memahami aturan-aturan keselamatan kerja yang standar/baku.
Pengamanan kegiatan radiologi meliputi instalasi pesawat rontgen, instalasi gedung serta mematuhi prosedur pengoperasian pesawat/alat.
Instalasi pesawat radiologi.
Sebelum melaksanakan atau menempatkan suatu pesawat rontgen, yang perlu diteliti dan diperhatikan yaitu adanya dokumen-dokumen yang menyertai pesawat rontgen yang akan kita install nantinya.
Dokumen tersebut meliputi :
Merk, buatan, spesifikasi (KV, mA, S) serta dilengkapi tabel ekpose.
Operating Manual.
Service manual berikut wiring diagram
Pelaksanaan Instalasi Pesawat.
1). Pengamanan pesawat dimulai dari instalasi listrik dari sumber PLN ( Generator) harus mempunyai Box input tersendiri dilengkapi pengamanan beban lebih (sakelar, sekering, main circuit breaker) dan besarnya kabel input harus sesuai aturan yang berlaku.
2). Pesawat rontgen tersebut harus dilengkapi pengamanan beban lebih, pengamanan pemanasan filamen dan proteksi radiasi.
3). Grounding alat atau bagian-bagian dari pesawat harus sesuai dan dapat kita pastikan bahwa alat telah dihubungkan ke tanah untuk menghindari sengatan listrik terhadap operator maupun pasien, serta pada saat pesawat bekerja tidak terganggu interferensi gelombang.
4). Pesawat harus dilengkapi pengatur atau pengontrol yang dikendalikan secara manual ataupun otomatis saat exposure.
a). Tempat harus terlindungwaktu melakukan penyinaran kecuali hal-hal khusus.
b). Operator berada diluar berkas sinar guna, dan berada tidak kurang dari 2 meter dari susunan tabung atau dibelakang pesawat.
c). Harus dilengkapi dengan pembatas radiasi sinar guna, agar tidak mengenai bagian yang tidak perlu karena radiasi, perlengkapan tsb adalah Diaphragma, Collimator
Bangunan/unit untuk Instalasi Radiologi.
Kegiatan radiologi medik memerlukan bangunan khusus yang luas serta bentuk dan konstruksinya disesuaikan dengan pekerjaan radiologi yang dilakukan. Karena didalam radiologi digunakan radiasi pengion yang dapat membahayakan lingkungan, maka dalam perencanaan ruang penyinaran harus diperhatikan sungguh-sungguh keselamatan kerja terhadap bahaya radiasi.
Pada pengamanan radiologi terdapat bagian-bagian utama dan bagian pelengkap.
1). Bagian Utama.
Bagian utama pada bangunan radiologi adalah ruangan dimana diletakkan atau dipasang alat/pesawat pemancar radiasi serta alat pengendalinya, yang dapat diletakkan dalam satu ruangan atau dapat juga ditempatkan dalam ruangan yang terpisah. Dalam hal ini ada dua yakni :
a). Ruang Penyinaran.
Luas serta bentuk ruang penyinaran tergantung pada jenis peralatan yang dipasang didalamnya. Disini dilakukan pekerjaan penyinaran terhadap pasien untuk pemeriksaan diagnostik maupun pelayanan radioterapi. Dinding ruang penyinaran termasuk pintu-pintunya harus memberikan perlindungan yang memadai terhadap radiasi, sehingga tidak membahayakan mereka yang berada diluar ruang penyinaran.
Bagia utama.
b). Ruang Operator.
Disini ditempatkan kmponen pengendalian dari pesawat/ alat pemancar radiasi danmerupakan tempat operator melakukan tugasnya dalam mengendalikan penyinaran pasien untuk diagnostik maupun terapi.
Ruang operator sebaiknya harus terpisah dari ruang penyinaran dengan dinding yang menjamin keselamatan operator radiasi, tetapi harus memungkinkan operator selalu dapat mengawasi pasien yang mendapat penyinaran,
\roperator
2). Bagian-bagian Pelengkap.
Untuk meningkatkan efisiensi pelayanan radiologi diperlukan sejumlah ruang pelengkap seperti misalnya antara lain :
a). Kabin pasien, dimana pasien dapat mempersiapkan diri untuk mendapatkan palayanan radiologi.
b). Toilet pasien dalam ruang penyinaran radiologi, khusus untuk pemeriksaan diagnostik saluran pencernaan.
c). Ruang proses film pada diagnostik rontgen.
d). Ruang periksa, ruang tunggu dan sebagainya
e). Ruang administrasi, ruang loket pendaftaranpasien, ruang arsip dan sebagainya.
f). Ruang mesin atau komputer untuk alat-alat radiologi yang cangih.
g). Workshop
Syarat-syarat Umum untuk Ruang Penyinaran.
1. Luas lantai.
Ruang penyinaran harus mempunyai luas lantai dan tinggi langit-langit (plafon) yang cukup, sehingga didalamnya dapat dipasang alat/pesawat pembangkit radiasi dengan baik dan memungkinkan pemanfaatan seluruh potensi alat/pesawat tersebut untuk pelayanan diagnostik maupun terapi.
2. Pondasi Alat dan Saluran Kabel.
Pada lantai harus tersedia pondasi untuk mendirikan pesawat serta saluran-saluran kabel yang menghubungkan komponen pemancar radiasi dengan komponen mesin dan alat-alat pengendali penyinaran di ruang operator. Ukuran ruang penyinaran sangat ditentukan oleh jenis alat/pemancar rasiasi yang dipasang didalamanya.
3. Konstruksi plafon.
Untuk alat/pesawat pemancar radiasi yang dipasang pada plafon (ceiling suspended) diperlukan konstruksi langit-langit bangunan penyinaran yang khusus diperhitungkan untuk dapat memikul beban pesawat dengan batas keamanan yang dikehendaki sesuai prosedur yang berlaku. Untuk daerah yag rawan gempa, konstruksi pondasi dan langit-langit ruang penyinaran memerlukan perhatian yang khusus.
4. Dinding Ruang Penyinaran.
Dinding Ruang penyinaran harus dapat menahan radiasi yang berasal dari alat/pesawat pemancar radiasi (radiasi primer) dan radiasi yang dihambur oleh pasien atau benda-benda lain yang terkena radiasi dari alat/pesawat (radiasi sekunder)
Pada umunya hanya dinding tertentu saja bahkan ada kalanya hanya sebagian dari dinding tersebut, yang terkena berkas radiasi primer merupakan penahan radiasui primer (primer barrier).
Dinding-dinding ruang penyinaran yang hanya terkena radiasi hambur merupakan penahan radiasi sekunder).
Tabel penahan radiasi primer dan sekunder tergantung pada :
a). Kekuatan sumber radiasi
b). Jarak sumber radiasi ke dinding penahan radiasi.
c). Beban kerja pesawat.
d). Bahan pembuat dinding ruang penyinaran.
e). Faktor penempatan ruangan yang dilindungi oleh penahan radiasi yang bersangkutan.
f). Jenis kelompok orang berada di ruang yang dilindungi.
g). Limit dosis radiasi menurut peraturan yang berlaku untuk orang yang dilindungi terhadap radiasi.
5. Syarat-syarat umum untuk ruang operator :
a. Kebutuhan Luas Lantai.
Untuk operator harus disediakan luas lantai yang cukup untuk dapat bergerak leluasa dari panel pengendali ke dalam ruang penyinaran atau bagian pelengkap lainnya dari bangunan radiologi. Ruangan operator dapat mempunyai sembarang bentuk geometri dengan ketentuan tidak ada ukuran yang terlalu sempit untuk bergerak bebas.
Luas lantai yang disediakan untuk kebebasan bergerak operator tidak termasuk tempat meja atau panel pengendali pesawat, saluran-saluran kabel serta bagian-bagian perlengkapan pesawat.
Letak dan konstruksi ruang operator harus menjamin keselamatan operator terhadap bahaya radiasi yang berasal dari ruang radiasi yang diawasinya maupun ruang radiasi lain disekitarnya.
b. Kebutuhan Perintang Radiasi.
Dinding ruang operator harus merupakan penahan radiasi yang tetap ( structure permanent).
Ruang operator harus diberikan perisai radiasi yang menjamin keselamatan operator terhadap kebanyakan radiasi.
Fondasi dinding ruang operator serta fondasi lantai ruang penyinaran harus dibuat sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak ada radiasi dari dalam ruang radiasi setelah menembus lantai dapat dihamburkan keluar kembali ke ruang operator.
c. Sistem Observasi pasien pada saat penyinaran.
Dinding ruang operator harus disediakan sekurang-kurangnya satu cara observasi pasien yang sedang mendapatkan pelayanan radiologi. Alat untuk observasi ditempatkan sedemikian rupa, sehingga operator selalu dapat melihat setiap jalan masuk ke dalam ruang penyinaran.
Apabila sistem untuk observasi pasien berupa suatu jendela, maka luas penglihatan hendaknya sekurang-30 cm x 30 cm dengan tepi bawah serendah-rendahnya 125 cm diatas lantai ruang operator. Kaca jendela ini harus mempunyai nilai timbal sama seperti yang diperlukan untuk dinding ruang operator dimana kaca jendela itu dipasang.
Apabila untuk observasi pasien digunakan sistem elektronik, sprt CCTV, maka harus disediakan sistem observasi yang lain sebagai cadangan, misalnya seperangkat cermin pemantul sebagai cadangan dalam hal terjadi kegagalan pada sistem elektronik .
d. Filter/Saringan Radiasi pada Pesawat Radiologi
Alat-alat pelindung proteksi.
Diafragma cahaya (light beam diaphragm).
Konus (conus).
Pelindung Gonad (gonad shield)
Pelindung Ovarium (ovarium shield).
Apron Timbal ( Lead Apron)
Sarung tangan Timbal ( lead gloves)
Pencegah Pelindung (protective shielding)
Kaca Timbal (Lead Glass)
Karet Timbal ( lead rubber)
Filter yang digunakan :
Filter untuk pesawat diagnostik secara umum :
Tegangan Kerja Maksimum Nilai minimum Saringan total dalam kesetaraan saringan
Dibawah 50 KV
Sampai dengan 70 KV
Diatas 70 KV –100 KV
Diatas 110 KV 0,5 mm Al
1,5 mm Al
2,0 mm Al
2,5 mm Al
Tabung rintgen dengan jendela Berrylium harus mempunyai saringan permanen sekurang-kurangnya setara dengan 0,5 mm Al.
Alat dengan pembangkit tegangan tinggi jenis kondensator discharge harus dilengkapi dengan alat pengatur penyinaran berbentuk rana atau shutter untuk menahan sinar-x gelap (dark x ray)
Filter untuk sinar tembus (Fluoroscopy).
Harus dilengkapi pula dengan Apron pelindung radiasi dengan kesetaraan tidak kurang dari 0,5 mm Pb untuk setiap penambahan tegangan 10 KV pada daerah yang dilindungi tarhadap radiasi hambur diukur dari kedua sisi tabir fluoroscopy membentang sekurang-kurangnya 60 cm kebawah.
Alat yang menggunakan penguat gambar (Image Intensifier tube) dan TV monitor harus dilengkapi dengan tabir proteksi yang setara dengan ketebalan 2,0 mm Pb sampai dengan 100 KV dan harus ditambah 0,001 mm Pb untuk setiap penambahan 1 KV sampai 150 KV
Filter untuk Rontgen Gigi.
Harus dilengkapi dengan applicator atau kerucut-kerucut yang mempunyai derajat perlindungan sama dengan dinding tabung, sehingga jarak antara fokus dan permukaan kulit mempunyai jarak tertentu untuk itu harus sesuai dengan tabel dibawah ini :
KV Maksimum Jarak Fokus Kulit Minimum
Sampai dengan 60 KV
Diatas 60 KV – 75 KV
Diatas 75 KV -- 100 KV 10 cm
20 cm
30 cm
Untuk Panorama dengan tabung intra oral.
Susunan tabung sinar x harus diberikan saringan yang cukup untuk memperkecil dosis bagi pasien.
Nilai minimum kesetaraan saringan didalam berkas sinar guna tidak boleh kurang dari 2,5 mm Al.
Perisai proteksi yang sesuai seperti palikator harus tersedia untuk memperkecil dosis kepada jaringan- jaringan yang tidak perlu disinari untuk memperoleh hasil radiografy yang memuaskan.
Untuk Panoramic lapangan Lengkung (Panoramic Dental X-ray Unit)
(1). Selama penyinaran harus dapat terjamin jarak fokus ke kulit minimum sebesar 20 cm
(2). Penyinaran harus dikendalikan hanya oleh kotak penutup rangkaian sebuah sakelar yang dibuat sedemikian rupa sehingga penyinaran hanya dapat terselenggara dengan menekan sekelar terus menerus.
(3). Alat ini memerlukan alat proteksi sekitar alat, bila alat digunakan tidak berada disuatu ruangan khusus untuk itu.
e. Proteksi Radiasi pada Penggunaan Sinar x.
Proteksi terhadap Radiasi.
Penempatan pesawat-pesawat rontgen di dalam bagian radiologi atau pembangunan atau perombakan/renovasi kamar-kamar pelayanan rontgen harus memenuhi peraturan-peraturan nasional tentang proteksi radiasi atau rekomendasi-rekomendasi internasional.
Proteksi terhadap radiasi tidak saja terjamin bagi pekerja, tetapi berlaku juga bagi penduduk secara keseluruhan, dan bahkan dapat diperluas hingga meliputi hewan-hewan.
Yang sangat memerlukan perhatian ialah efek somatik (kerusakan pada mereka yang terkena radiasi) dan efek genetik (kerusakan hanya pada keturunan dari mereka yang telah terkena radiasi) yang dapat ditimbulkan oleh dosis-dosis radiasi yang relatif kecil.
Dosis maksimum perorangan yang diperkenankan yang menurut peraturan terbaru boleh diterima oleh manusia tanpa merusak kesehatan berjumlah 5 R pertahun, asal saja tubuh tidak terkena radiasi yang berarti sampai umur 18 tahun.
Untuk dosis akumulasi bagi seorang pekerja radiasi berlaku rumus sbb :
D= (N-18)x5R
Dimana N mrnyatakan umur dalam satuan tahun.
Jadi jumlah radiasi yang boleh diterima oleh seorang pekerja yang berusia 30 tahun menurut rumus tadi adalah :
(30-18)x5R = 12x5R= 60 R
Hendaknya dicatat, bahwaa yang harus diperhatikan bukan hanya eksposi tunggal tetapi jumlah semua dosis eksposi yang lebih diterima.
Sewaktu direncanakan pembangunan gedung baru bagian roentgen yang penting diperhatikan adalah rencana proteksi sebagai pelengkap gambar denah bangunan dengan syarat-syarat penggunaan disamping gambar-gambar instalasi dan bangunan.
Rencana proteksi radiasi mengelompokan antara daerah terkendali yang mencakup semua kamar dan daerah luar (misalnya ruangan kantor kamar ketik, kamar tinggal, jalan atau kebun) yang berdekatan letaknya dengan daerah-daerah terkendali. Seterusnya daerah pengawasan meliputi setiap kamar yang sewaktu-waktu ditempati oleh orang dan yang letak berdekatan dengan bagian rontgen (misalnya kamar arsip, kamar gudang pada lantai diatas kamar rontgen atau dibawahnya). Daerah diluar bagian radiologi memerlukan pengawasan untuk melindungi penduduk terhadap bahaya radiasi.
Dosis lokal maksimum yang diperkenankan didaerah terkendali brjumlah : 5R pertahun = 0,4R perbulan = 0,1R perminggu untuk para pekerja radiasi, seperti radiologi dan staf medis dibagian radiologi, berkenan dengan penyinaran seluruh tubuh yang meliputi alat-alat tubuh yang kritis seperti gonad. Kalau tangan, lengan dan kaki yang terkena penyinaran, maka dosis lokal maksimum yang diperkenankan adalah 60R pertahun=5R perbulan=1,2 R perminggu.
Untuk penduduk dan orang-orang yang bukan pekerja radiasi (tidak termasuk pasien) dosis lokal maksimum yang diperkenankan didalam pengawasan berjumlah 0,5 R pertahun = 0,01 R perminggu
Dosis perorangan atau dosis lokal maksimum yang diperkenankan sebagai satu-satunya pedoman bukanlah merupakan satu-satunya ukuran yang dapat dijadikan patokan untuk proteksi radiasi, yang juga harus diperhatikan ialah faktor waktu.
Sebab itu, waktu selama generator rontgen dihidupkan harus juga dimasukkan sebagai faktor tambahan dalam perhitungan.
Ini terlihat pada rumus untuk apa yang disebut “kecepatan dosis lokal”
Kecepatan dosis lokal maksimum yang diperkenankan :
Dosis bulanan maksimum yang diperkenankan
Waktu pemancaran sinar
Ini berarti bahwa untuk waktu pemancaran yang lebih singkat dosis lokal dapat dinaikkan.
Mereka yang hanya sewaktu-waktu menempati kamar pelengkap seperti kamar arsip, ruangan bawah lantai dan loteng, dianggap berada ditempat itu tidak lebih dari 1/10 waktu pemancaran sinar. Dengan demikian dosis lokal yang diperkenankan dapat diambil 10 kali dosis yang diperkenankan didalam daerah pengawasan , yaitu 10 x 0,5R peretahun = 5R pertahun.
Uraian-uraian diatas hanya berkenan dengan standard-standard yang mengikat bagi pembuatan dan pemasangan pesawat rontgen dan untuk bangunan bagian-bagian radiologi. Tetapi dengan memenuhi peraturan-peraturan ini saja elumlah terjamin dapat dihindarinya dosis-dosis tinggi yang tidak diperkenankan atau kerusakan-kerusakan akibat radiasi.
Semua orang yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan sinar rontgen harus mengetahui bagaimana bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dan kepentingan pasien, dan tinakan-tindakan perlindungan perorangan mana yang harus dilaksanakan.
Walaupun kerusakan-kerusakan yang serius akibat radiasi dalam pekerjaan diagnostik rontgen merupakan suatu yang telah lampau dan jika terjadi adalah akibat kelalaian, namun menjadi kewajiban pertama bagi semua pekerja radiasi untuk menekan eksposi terhadap radiasi yang merusak sampai serendah mungkin dan berusaha untuk menghindari setiap resiko radiasi, walalupun yang sekecil-kecilnya. Ini adalah suatu keharusan mutlak berhuung dengankerusakan yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor biologi keturunan.
Perlindungan perorangan terhadap radiasi, harus dikendalikan menurut penggarisan yang sama seperti pada pembangunan bagian-gabian radiologi ataupun pada pembuatan dan pemasangan pesawat-pesawat rontgen. Sebab itu diperhatikan hal-halk berikut :
- Proteksi sinar x untuk para pemakai pesawat rontgen (radiolog dan staff bagian radiologi)
- Proteksi sinar x terhadap para pekerja didaerah yang mengelilingi bagian radiologi..
Proteksi sinar x untuk para pemakai pesawat rontgen.
Dalam pekerjaan diagnostik rontgen yang melakukan pemeriksaan khususnya, yang terkena bahaya radiasi, karena ia bekerja sangatberdekatan dengan pasien di dalam kamar sinar x. Bahaya radiasi akan sagat berkurang apabila digunakan pesawat-pesawat pemeriksa yang dapat dikendalikan dari jarak jauh diperlengkapi dengan pesawat terapi sinar x , misalnya Ioskop, Sireskop, Siregraph.
Perlindungan bagi pemeriksa terhadap radiasi yang telah diperlemah sesudah menembus pasien terjamin apabila meja pemeriksaan diciptakan sesuai standar.
Arah dan pembatasan berkas sinar guna ditetapkan dengan jelas. Perisai kaca timbal dari tabir fluorescen yang dipasang ada pemegang kaset atau peralatan spot film (explorator) menahan berkas sinar guna yang arahnya menuju pemeriksa.
Nilai timbal yang dianjurkan untuk perisai kaca timbal :
1,5 mm pada potensial pembebanan Fluoroscopy sampai 70 KV.
2 mm pada potensial pembebanan Fluoroscopy sampai 100 KV.
Pembebasan berkas sinar secara lateral dilakukan dengan diaphragma yang digerakkan dengan kabel atau motor.
Tabung selalu menghendaki pemusatan yang tepat, yaitu sumbu sinar harus dipusatkan ke titik tengah tabir fluorescen.
Daun-daun penutup pada kolimator berkaqs sinar primer harus membuka hanya sampai suatu luas tertentu, sehingga pembatasan berkas sinar guna masih dapat terlihat pada pasien dengan diameter 25 cm.
Sinar-sinar diluar kerucut berkas sinar guna perlu diperhatikan secara khusus, terutama radiasi sekunder yang keluar dari tubuh pasien dan memancar ke segala jurusan.
Radiasi hambur yang dipancarkan dari belakang pasien yang sedang berdiri (ditinjau dari si pemeriksa) menurut pemeriksaan dua kali lebih kuat dibanding dengan radiasi hambur yang keluar dari bagian depan pasien. Daerah disamping pasien merupakan wilayah radiasi khususnya sangat kuat. Radiasi sekunder juga dihambur oleh udara atau bahan-bahan lain. Lantai, langit-langit dan dinding kamar rontgen juga menambah penghamburan yang menghasilkan radiasi tingkat tiga.
Radiasi yang bocor keluar menembus perisai tabung sama sekali tidak boleh diabaikan.
Nilai maksimum yang diperkenankan untuk radiasi bocor seperti ini adalah :
100 mR perjam pada jarah 1 m dari bidang fokus pada pembenanan potensial 150 KV dan arus tabung yang terus menerus.
Radiasi bocor hambur sekunder dan hambur tingkat 3 secara gabung disebut radiasi taburan.
Orang awam sering menyatakan rasa takut untuk memasuki kamar rontgen karena menyangka bahwa seluruh ruangan penuh dengan sinar ganas. Mereka menduga bahwa walaupun pekerjaan fluoroscopy atau radiography telah dihentikan, radiasi ganas itu masih berada untuk beberapa waktu didalam kamar. Sebenarnya, setiap radiasi sekunder, tersier atau radiasi bocor segera lenyap dengan dihentiknnya berkas radiasi primer.
saat:
Sebagian proteksi bagi si pemeriksa terhadap radiasi sekunder diperoleh dengan pembuatan meja pemeriksaan secara khusus, seperti bingkai tabir fluorescen dimana dipasang peralatan pengendali yang terlindung terhadap radiasi, dan pelindung dada dari bahan karet timbal. (Nilai timbal sekurang-kurangnya setara 0,25 mm pada 70 KV dan 0,5 mm pada 100KV).
Proteksi perorangan dibuat menjadi lengkap dengan kursi proteksi radiasi yang dapat dipakai oleh sipemeriksa untuk duduk sewaktu membuat spot film dari pasien, dan dengan sarung tangan karet timbal sertta mengenakan pakaian proteksi sesuai dengan aturan internasional.
Kecepatan dosis lokal maksimum yang diperkenankan pada fluoroscopy dari pasien-pasien yang berdiri atau duduk dan dengan waktu pemancaran sinar 1,5 mm dalam sehari (30 jam/bulan) adalah sebagai berikut ;
42 mR perjam utk seluruh irgan termasuk organ kritis
170 mR perjam utk tangan, lengan dan pergelangan kaki.
Sebagai pengganti teknik fluoroscopy konvensional klasik maka penggunaan penguatan gambaran dengan televisi makin banyak dilakukan (keuntungannya penglihatanya lebih baik, pekerjaan lebih cepat, pekerjaan dilakukan dalam keadaan cahaya terang pada siang hari atau pada cahaya penerangan yang agak redam tanpa kehilangan waktu untuk mengadaptasi gelap, dan bahaya radiasi yang lebih kecil).
Pada fluoroscopy dengantelevisi, si pemeriksa tidak lagi duduk atau berdiri secara sentral dibelakang peralatan spotfilm (explorator), tetapi berada agak kesebelah kiri disampingnya. Sebab itu bagian ruangan disebelah kiri ini harus diberi perisai terhadap radiasi sekunder yang keluar dari pasien.
Proteksi radiasi untuk pemeriksaan radiografy telah menncukupi apabila peraturan-peraturan proteksi yang diterapkan untuk pekerjaan fluoroscopy dipenuhi. Sedapat mungkin operator rontgen hendaknya menekan tombol elsposi dari kabin proteksi. Jika eksposi harus dilakukan didalam kamar rontgen itu sendiri, maka operator hendaknya melakukannya dari belakang tabir proteksi radiasi.
Kalau sekiranya tidak tersedia kabin atau tabir proteksi radiasi, eksposi hendaknya dilepaskan dari suatu jarak dengan menggunakan seluruh panjang kabel yang dihubungkan dengan peralatan sakelar. Denga demikian proteksi radiasi diperoleh dari jarak minimum 1,5 mm dari tabung rontgen dan dari tubuh yang mendapat sinar tembus.
Pengendalian eksposi dari jarak seperti ini sama sekali tidaklah berarti bahwa operator dibebaskan dari kewajiban mengenakan pakaian proteksi dari karet timbal.
Tetapi sayang sekali peraturan-peraturan keselamatan kerja seringkali diabaikan sewaktu melakukan pemotretan dengan pesawat-pesawat rontgen kecil yang mobile.
Sikap tidak mengindahkan proteksi radiasi sering terlihat pada radiologi dental. Kebiasaan lain yang dianjurkan pada staf bagian gigi untuk meningkatkan proteksi radiasi ialah agar dokter gigi atau asistennya jangan sekali-kali memegang sendiri film dental.
Pada pemeriksaan radiografy yang sulit dilakukan, dimana staf medis harus berada sangat dekat dengan pasien (misalnya memegang anak kecil) harus digunakan perisai proteksi tambahan.
Dalam hal ini sangat penting untuk mengenakan pakaian proteksi yang berat (nilai timbal 0,5 mm) dan sarung tangan dari karet timbal (nilai timbal 0,5 mm). Kalau pasien anak kecil tersebut mungkin dipegang oleh orang yang mengantarnya, maka orang inipun harus mengenakan pakaian proteksi yang sama.
Orang yang berumur dibawah 18 tahun dan wanita hamil atau yang sedang menyusui sama sekali tidak dibenarkan untuk bekerja ditempat dimana ada resiko terkena radiasi bagi mereka.
Pelaksanaan proteksi radiasi dan pengawasan keselamatan kerja terhadap proteksi radiasi bagi para pekerja yang terkena radiasi merupakan persoalan hukum dan pendidikan. Untuk pengukuran dosis tidaklah cukup dengan memasukkan sebuah film dental ke dalam saku seseorang dan menafsirkan setiap penghitaman film sebagai suatu petunjuk yang pasti tentang bahaya radiasi yang terlalu tinggi. Tetapi sebaliknya diperlukan tatacara yang lebih majemuk untuk memeperkirakan bahaya yang sebenarnya, yang tergantung pada kualitas radiasi, lamanya waktu penyinaran film, jenis film dan waktu pengolahan film.
Dengan diketahuinya faktor-faktor ini, operator dapat memeriksa apakah persediaan film yang disimpan didalam kamar gelap atau ditempat lain terkena radiasi yang tidak dikehendaki.
Suatu cara yang sangat lebih baik untuk pengukuran dosis ialah dengan memakai bungkusan atau film badge pada tubuh ( dosimetri film).
Didalam film bagde ini terdapat dua buah film dengan kepekaan yang berbeda untuk menjangkau jarak pengukuran yang luas.
Bungkusan plastik ini berisikan sekumpulan filter logam, sehingga apabila film-film itu menjadi hitam, tidak hanya dapat ditentukan jumlah radiasi, tetapi juga kualitas radiasi
Proteksi radiasi terhadap Pasien.
Upaya untuk menekan dosis radiasi serendah mungkin dapat dicapai apabila pedoman-pedoman dibawah ini diperhatikan antara lain :
a). Pemeriksaan dengan sinar rontgen hanya boleh dilakukan atas perintah seorang dokter.
b). Ukuran lapangan radiografy harus dibuat sekecil mungkin.
Dalam hal bagaimanapun juga tidak boleh ukuran film menentukan lapangan radiografy. Penggunaan grid radiasi primer, kolimator dan diafragma dengan penunjuk berkas sinar sangat perlu, walaupun pada pesawat rontgen yang kecil.
Konus untuk radiografy harus cukup panjang, sehingga ujungnya dapat mendekati kulit pasien.
Pada radiografy dental hendaknya diperhatikan agar tersedia konus yang diperlengkapi dengan diafragma lubang jarum dari timbal, sehingga diameter lapangan radiografy dapat diperkecil sampai maksimum 6 cm
c). Pengerasan berkas sinar dengan filter.
Pada fluoroscopy dan radiografy untuk menyingkirkan sinar- sinar lunak yang berdaya tembus rendah. Sinar-sinar ini tidak menambah penghitaman film, dan apabila tidak disaring hanya menambah pembebanan radiasi yang tidak berguna bagi pasien. Menururt aturan filter total harus sekurang-kurangnya setara dengan 2 mm Al.
Pada fluoroscopy, jarak folus kulit tidak kurang dari 35 cm, ini dapat dicapai dengan mengunakan panel pendukung pada pesawat pemeriksa atau dengan pertolongan tongkat pengukur jarak.
Pada Radiografy tidak diperkenankan penggunaan jarak fokus film yang angat kecil, karena hal ini akan memberikan eksposi kulit pasien dengan dosis yang lebih tinggi dari apa yang diperoleh pada jarak fokus film yang lazim sebesar 70 cm atau lebih.
d). Teknik eksposi yang teliti dan pengolahan film yang efisien sangat penting, tidak saja untuk peningkatan kualitas gambar, tetapi juga untuk memperkecil dosis pada pasien.
Kelebihan eksposi dan waktu pengolahan yang terlalu singkat tidak saja menghasilkan foto rintgen dengan kontras yang buruk, tetapi juga menaikan dosis yang tidak perlu. Tetapi juga menaikkan dosis yang tidak perlu bagi pasien (dan pembebanan extra pada tabung rontgen)
Sebab itu penyelesaian yang ideal adalah dengan penggunaan alat pengukur waktu pencucian film, dirangkaikan dengan mesin pengolahan film otomatis.
Seringkali dilakukan pemotretan ulangan yang berarti menambah dosis kepada pasien. Pemotretan ulangan merupakan juga suatau pemborosan dipandang dari sudut ekonomi.
e). Jika belum dilaksanakan dengan benar seperti hal diatas, hendaknya cara pengolahan film distandarisir :
(1). Pemilihan bahan-bahan pemotretan hendaknya tidak dikendalikan semata-mata oleh pandangan ekonomi, tetapi dilakukan dengan lebih memperhatikan norma-norma keselamatan, yaitu pembebanan radiasi yang lebh kecil (penggunaan film rontgen yang sangat peka). Film yang lebih pekana dan yang memberi hasil yang tetap hendaknya selalu diutamakan. Penggunaan screen film untuk menekan dosis pada pasien, film yang dikombinasikan denga lembaran penguat berdefinisi tinggi (Jenis Ruby), meningkatkan kualitas diagnostik dan proteksi pasien.
(2). Pemeriksan kaset dan lembaran penguat.
Untuk menjamin agar kondisi-kondisi pemotretan dapat selalu diulang, hilangkan semua yang mungkin selalu dapat mengubah dosis yang jatuh pada film.
Sebab itu dianjurkanpenggunaan kaset dari jenis yang sama. Kaset-kaset hendaknya diberi tanda yang jels untuk menyatakan yang jenis lembaran penguat yang diletakkan didalamnya (pada kaset kaset Siemens).
Lembaran-lembaran penguat yang bersamaan jenis harus mempunyai efek penguatan yang sama, tetapi “lembaran-lembaran universal” dari sumber-sumber yang berbeda tidak seluruhnya mempunyai efek-efek yang sama. Sebab itu sebaiknya digunakan lembaran-lembaran penguat dari sumber yang sama jika mungkin denbgan tanggal pembuatan yang sama.
(3). Cairan pembangkit dengan kualitas yang tetap adalah penting untuk memeperolah gambar yang bermutu dan membantu memperkecil dosis kepada pasien. Untuk mencapai tujuan ini, tangki pembangkit harus setiap hari ditambah sampai penuh dengan cairan penambah (replenisher) untuk mengganti cairan yang terbawa keluar oleh film. Yang penting juga ialah, bahwa pembangkit dipertahankan pada suhu sebesar 20 derajat celcius dengan pertolongan suatu tangki induk atau lebih baik dengan pertolongan pengendalian termostatik.
(4).
(5). .
f). Peletakan posisi pasien secara hati-hati dapat membantu hasil yang dicapai.
g). Gonad harus dilindungi terhadap radiasi primer dan radiasi sekunder. Dengan pelindung gonad atau perisai ovarium, atau dengan lembaran karet timbal yang menutupi daeral panggul, dengan baju karet timbal atau celana karet timbal pada pemeriksaan anak-anak.
Pemotretan paru-paru dari pasien
h).
i). .
j). .
f. .
g. .
h. .
i. .
6. .
7.
8.
.
HTT
HTT
(High Tension Transformer)
High Tension Transformer biasa disingkat HTT dalam bahasa Indonesia sering disebut Trafo Tegangan Tinggi, istilahnya dalam radiologi adalah Sebuah Transformator
Biasanya didalam rangkaian HTT ini, terdapat juga trafo filamen ( bisa hanya terdapat satu lilitan, bisa juga dua lilitan output untuk mensupply large focus atau small focus filamen).
Dua titik terminal pada center tep HTT ini biasa juga di umpankan ke rangkaian mA meter
Pada prakteknya HHT selalu dimasukkan / direndam dalam tanki HTT yang berisi olie pendingin, untuk meredam dan mengurangi panas yang dihasilkan.
Sering didapati perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder sebuah HTT adalah 1 : 10.000 kali.
Table Patient
Table Patient
(Meja pasien untuk pemeriksaan dengan sinar-x)
Table patient merupakan suatu kesatuan dari meja pemeriksaan rontgen, Bucky, Film dan dinamo penggerak
Table petient terbuat dari bahan damar dan fiberglass dengan kekhususan berupa sifat tembus sinar-x . Meja ini diikat pada rangka yang terbuat dari bahan metal sebagai pelengkap dari Bucky film. Pada meja ini pula terdapat landasan untuk menopang bagian tubug pasien yang akan dilakukan pemeriksaan.
Bucky film dengan bagiannya berupa grid yang berfungsi untuk mengatur atau maeratakan hamaburan sinar-x sekunder yang ada. Dinamo merupakan motor penggerak batang ulir atau roda gigi yang menggerakkan meja berikut bucky naik turun.
Ada pula meja pasien yang dilengkapi dengan motor pengerak sliding yang dapat mengerakkan permukaan meja pasien secara horizontal untuk memposisikan pasien sesuai arah keluanya sinar–x dari tabung
Cara meguji ada atau tidaknya sinar x
Cara menguji ada tidaknya sinar-x keluar dari pesawat Rontgen
kadang seorang teknisi pesawat rontgen, sebelum mengerjakan perbaikan pesawat Rontgen tersebut perlu menguji kondisi pesawat tesebut. Dapat juga menguji dengan cara
Namun cara tersebut makan waktu dan menghabiskan bahan material film, cara yang praktis adalah dengan mengexpose pada sebuah cassete kosong yang kita buka lebar-lebar terbuka yang didalamnya ada Intensifyng Screen (IS). Lakukan expose diruangan yang digelapkan (matikan semua lampu yang ada di runagn tersebut. Ketika cassette diexpose maka Insenfyng screen akan berpendar memantulkan cahaya biru kehijauan. Itulah tandanya ada sinar-X. Hal ini bisa terjadi karena bahan IS terbuat dari fosfor yang jika dikenai sina-X maka akan berpendar. Hakl yang sama juga dapat terjadi apabila sinar-x mengenai tabir atau layar Fluorescene.
Dasar-dasar pesawat Rontgen
Dasar-dasar Pesawat Rontgen
Tegangan Line
Tegangan line adalah tegangan atau catu daya yang mensupply suatu alat/pesawat agar alat tsb dapat berfungsi. Tegangan Line dapat berupa tegangan AC maupun DC. Tegangan Line AC pada umunya diperoleh dari tegangan PLN
Line Voltage Compensator.
Line Voltage Compensator (LVC) sering disebut juga Line Selector.
LVC ini berada pada rangkaian awal dari power supply sebuah pesawat rontgen.
Tujuan LVC ini adalah mengatur agar tegangan yang masuk ke pesawat Rontgen sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh pesawat itu sendiri.
Kadang tegangan supply yang dari PLN nilainya dapat kurang atau lebih dari standar, maka LVC ini mengaturnya agar sesuai yang akan dikomsumsi pesawat tsb. Line Selector pada umumnya diatur secara manual oleh operatornya
Auto Trafo (Automatic Transformer).
Auto trafo bentuknya hampir sama dengan biasa, namun pada trafo ini jarang dijumpai adanya lilitan primer maupun sekundernya yang terpisah, lilitannya hanya lilitan tunggal yang terlilit pada inti besi, namun terdapat beberapa terminal pengaturan tegangan output.
Transformator.
Transformtor biasanya orang menyingkatnya dengan kata trafo, gunannya adalah untuk menaikkan atau menurunkan tegangan AC.
Pada hakekatnya trafo terdiri dari teras atau lempengan besi lunak yang disusun rapat
, lilitan primer dan lilitan sekunder.
Lilitan primer adalah gulungan /lilitan kawat tembaga yang dialiri arus / tegangan yang masuk (input), sedangkan lilitan sekunder adalah gulungan kawat tembaga yang mempunyai tegangan output setelah inputnya diberi tegangan.
Kenaikkan/penurunan tegangan output sebanding dengan perbandingan jumlah lilitan pada primer maupn sekunder.
Tabung sinar x
Jenis tabung x dibedakan 2 jenis yaitu : Tabung rontgen degan anoda putar (Rotating anode) dan tabung rontgen dengan anoda diam (Stationary anode). Beberapa bagian yang terdapat pada tabung rontgen antara lain : Katoda, Anoda, Rotor (berada diluar insert tube), Stator, Target (piring anoda terbuat dari wolfram), Tangkai Molybdenum, Rumah tabung (tube housing, Expansion diaphragma, Tombol pengaman (safety switch), Tube windows( jendela tanung), Minyak pemdingin (olie trafo)
Katoda.
Merupakan tempat filamen yang terbuat dari kawat tungsten yang mempunyai titik lebur tinggi. Pada filamen terjadi emisi elektron akibat pemanasan filamen.
Emisi elektron artinya terlepasnya elektron dari atom-atom bahan filamen tersebut (atom Wolfram) oleh karena panas yang terjadi pada filamen. Banyaknya elektron bebas dapat terjadi pada permukaan filamen tergantung pada pengaturan tegangan yang masuk ke filamen diatur melalui pengaturan tahanan (Rheostat).
Disamping mempunyai kutub negatif, filamen juga dilengkapi alat pemusat elektron (focusing cup) pada ujung filamen.
Anoda.
Merupakan sasaran (target) yang akan ditembaki oleh elektron, dilengkapi dengan bidang focus (focal spot). Permukaan anoda membentuk sudut dengan kemiringan 45 derajat. Kemiringan ini untuk mendapatkan focus efektif agar sinar x yang keluar dari tabung dapat terarah.
Bahan anoda terbuat dari wolfram/tungsten, dg nomor atom 74 dan mempunyai titik lebur 3360 derajat Celcius, mempunyai keuntungan sebagai penghantar panas yang baik. Anoda ini juga berfungsi/merangkap sebagi kutub positif.
Tube Housing
Dinding bagian luar tabungdisebut rumah tabung ,erbuat dari metal, bagian dalamnya terbuat dari lapisan timbal (Pb), Fungsi dinding ini agar dapat menekan radiasi yang tidak dibutuhkan. Rumah tabung juga dilengkapi sambungan kabel tegangan tinggi yaitu kabel dari HTT.
Tombol (safety switch dan Expansion diaphragma)
Pada beberapa tabung dilengkapi juga dengan alat pengaman terhadap panas yang berlebihan yang mungkin terjadi didalam tabung akibat proses pembangkitan sinar x tersebut. Alat pangaman ini disebut safety switch denganmemmanfaatkan alat membran yang terdapat pada expansion chamber).
Windows (jendela tabung)
Pada bagian dimana sinar dapat keluar disebut poet (window) ditutup dngan bahan yang terbuat dari kaca atau mika/plastik/acrylic yang fungsinya disamping dapat melewatkan sinar x , juga dapat menahan minyak trafo yang ada didalam tabung agar tidak dapat keluar.
Dinding tabung
Dinding tabung insert ini terbuat dari gelas pyrex yang berfungsi untuk menempatkan filamen dan target berada didalam ruangan hampa udara. Keadaan hampa udara ini berfungsi agar elektron didalam tabung dapatdikendalikan, Tabung kaca yang tinggi kevakumannya ini terendam dalam minyak trfao. Minyak ini berfungsi sebagai bahan isolasi tegangan tinggi dan juga sebagai pendingin tabung rontgen.
Rotor.
Berfungsi agar anoda dapat berputar sampai 8000-9000 rpm. Keuntungan denga anoda putar antara lain pendinginan dpt lebih sempurna, target elektron dapat berganti-ganti sehingga bisa awet.
Filter tabung sinar-X.
Pada jendela tabung Rontgen ditempatkan / dipasang filter sinar x
Ada 2 macam filter, yaitu :
Inhernt filter
Additional filter.
Inherent Filter.
Merupakan bahan-bahan yang dilalui sinar x setelah keluar dari target.
Inherent filter terdiri dari gelas/kaca (tabung sinar x, minyak trafo, acrylic jendela tabung, seluruhnya setara dengan ketebalan dari 0,5 – 1,0 mm aluminium.
Additional Filter (filter tambahan).
Untuk setiap pesawat perlu mendapat tambahan filter yakni 1,5 mm – 2,0 mm ketebalan aluminium yang gunanya untuk dapat menahan sinar-x yang mempunyai panjang gelombang tertentu.
Untuk itu ada ketentuan-ketentuan (tabel tertentu) didalam penggunaan filter tambahan ini sesuai dengan besarnya KV yang digunakan.
Tabung Rontgen bila digunakan harus mempergunakan alat yang dapat mengarahkan dan membatasi lapangan penyinaran berupa collimator yang dapat diatur besar/kecilnya luas bidang pemaparan.
Persyaratan tabung sinar-X.
a. Terbuat dari Metalic dan pada bagian dalamnya dilapisi dengan timah hitam/timbal sehingga tahan panas terhadap sinar-x (x-ray proof)
b. Dinding tabung tahan akan goncangan (shock proof)
c. Harus mempunyai bahan isolasi (minyak trafo) dan tahan terhadap tegangan tinggi.
d. Pada tabung terdapat socket yang berhubungan dengan ujung kabel tegangan tinggi untuk anoda dan katoda.
e. Mampu menerima panas (Anoda heat storage capacity).
Kerusakan-kerusakan pada tabung.
f. Kerusakan pada tabung gelas (glass envelope).
1). Tabung gelas berubah warna, hal ini disebabkan pemakain yang lama, permukaan anoda (anoda) menipis akibat pemanasan filamen dan penumgukan elektron..
2). Tabung gelas pecah, karenatabung terbentur waktu digunakan terutama pada pesawat yang dapat dipindahkan (mobile).
3). Tabung gelas retak sehingga tabung tidak hampa udara lagi/kevakuman udara berkurang karena kemasukan udara (gassy).
g. Kerusakan pada Filamen.
1). Kawat pijar filamen putus, disebabkan terjadinya pemanasan yang berlebihan akibat terlalu lama menekan saklar ready atau pemanasan pendahuluan arus pada filamen terlalu besar..
2). Kemungkina putus juga dapat diakibatkan karena lamanya waktu expose terlalu berlebihan dari waktu yang diperkenankan.
h. Kerusakan pada anoda.
1). Permukaan anoda (target/ pada type stationary anode) sudah tidak rata lagi, sehingga sinar-x yang dihasilkan tidak dapat focus lagi.
2). Anoda tidak dapat berputas (pada type otating anode) kerna gulungan stator dan atau elektromotornya rusak.
mA Selector ( pemilih mA).
Pada awal pengoperasian pesawat Rontgen hendaknya nilai dari satuan mA, KV diatur pada posisi minimum, terutama pada mA selektor sebaiknya pada posisi minimum dulu, hal ini dimaksdudkan agar filamen tidak mendapat arus secara tiba-tiba dengan nilai tinggi, sehingga filamen tidak cepat putus.
KV Selector.
Output pada Autotrafo menentukan besarnya tegangan tinggi yang dihasilkan (karena output autotrafo diberikan pada input HTT).
Space Charge Convensator.
Apabila tegangan anoda naik, intensitas dari medan listrik antara anoda dan katoda akan naik pula dan banyak elektron-elektron lewat dalam muatan ruang, hal ini mengakibatkan muatan ruang akan berkurang.
Agar muatan ruang tadi sesuai dengan besarnya arus filamen atau dengan kata lain sesuai dengan harga arus tabung yang dikehendaki, maka dibuat rangkaian space charge compensation. Tujuannya agar walaupun tegangan antara anoda kita naikan atau turunkan, arus tabung tidak ikut naik atau turun. Jadi arus taung sesuai dengan harga mA selector.
Timer.
Timer berfungsi sebagai pewaktu (pengatur lamanya waktu) dalam melakukan expose (pemaparan) sinar-x.
Timer dapat digunakan untuk pemeriksaan radiografy maupun fluoroscopy.
Timer Mekanik.
Lamanya pemaparan dapat dicapai dengan waktu terpendek 0,25 detik. Timer ini bekerja secara mekanik dan biasanya dipakai pada pesawat Rontgen diagnostik yang berkapasitas rendah antara 10 mA – 50 mA.
Timer Elektromotor.
Mengunakan motor shyncron sebagai penggerak untuk menghuungkan dan memutuskan arus. Waktu terpendek biasanya dicapai 0,02 detik. Timer jenis ini digunakan pada pesawat dengankapasitas 100 mA – 500 mA.
Timer Elektronik.
Pada perkembangannya timer elektronik sudah memakai kemasan chips dalam integrasi (IC), waktu terpendek 0,003 detik. Timer jenis ini digunakan pada pesawat rontgen radiodiagnostik dan radiotherapy karena pengaturannya fleksibel.
Spot Film Device.
Spot film merupakan suatu wadah/tempat untuk meletakkan kaset film rontgen yang digunakan pada pemeriksaan fluoroscopy (pada saat dibutuhkan pendokumentasian pada saat pemeriksaan tsb).
Grid.
Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeleminasi radiasi hambur agar tidak sampai ke film rontgen.
Grid terdiri atas lajur-lajur lapisan tips timbal yang disusun tegak diantara bahan-bahan yang tembus radiasi (plastik, bakelit).
Collimator.
Kolimator dipasang pada unit tabung sinar x. Kolimator digunakan untuk mengatur luas bidang penyinaran yang dukehendaki. Sebelum dilakukan penyinaran luas bidang yang dikenai sinar x dapat diketahui, yaitu denga melihat luas bidang yang dapat dikenai oleh cahaya lampu yang keluar dari kolimator.
Kolimator juga dilengkapi dengan lubang tempat dipasang dan dibukanya filter tambahan sesuai dengan kebutuhan untuk mengatur kualitas sinar x
Meja Pemeriksaan pasien Rontgen.
Meja pemeriksaan dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan dengan mudah, aman serta nyaman. Permukaan atas meja (top table) dapat digerakkan dengan elektromotor kearah atas atau tegak lurus (vertikal) maupun dalam posis datar (horizontal) dan posisi, miring ke belakang.
Perlengkapan meja antara lain :
a. Bucky (moving grid), yaitu alat untuk menyaring sinar X, dalam bucky terdapat juga kaset x ray, serta ada grid yang berfungsi untuk mengurangi radiasi sekunder.
b. Bucky dapat pula dengan foto timer untuk pengontrol waktu expose secara otomatis.
c. Pada Meja pemeriksaan dilengkapi dengan alat-alat fiksasi agar objek yang difoto tidak bergerak, alatnya antara lain : bantal pasir, (sand bags), bantal spons, ikat pingan penekan dan klem kepala.
Cassette Film X-ray.
Kaset film sinar x adalah suatu wadah (container) berbentuk segi empat yang kedap cahaya yang berisi dua buah Intensifyng screen yang emungkinkan untuk dimasukkannya film rontgen diantara keduanya dengan mudah.
Bagian-bagian film rontgen terdiri dari :
i. Bakelit
j. IS (Intensifyng Screen)
k. Tempat meletakkan film rontgen
l. Lapisan timah hitam.
m. Per terbuat dari baja.
Tatacara perawatan cassette film Rontgen agar tidak cepat rusak :
n. Hindari kaset jatuh atau mengalami benturan
o. Hidari kaset dikenai/terkena bahan kimia, terutama pada bagian IS
p. Harus tetap kering & jangan ditempatkan bertumpuk dengan benda lain .
q. Tidak boleh dibiarkan terbuka
r. Periksa secara rutin untuk mengetahui bagian yang rusak, jaga agar film dan screen berhubungan rapat.
Intensifyng Screen.
Lembaran penguat atau IS (Intensifyng Screen) digunakan untuk meningkatkan ketajaman pada gambar pencitraan pada film rontgen
IS adalah alat yang terbuat dari kardus (cardboard) khusus yang mengandung lapisan tipis emsifosfor dengan bahan pengikat yang sesuai. Yang banyak dipergunakan adalah kalsium tungstat.
Bagian-bagian IS antara lain :
Transparent Supercoat.
Fluorescent Layer
Reflecting Layer
Plastic Support
Jenis IS ada bermacam-macam antara lain :
s. Fast Screen
t. Medium Screen (Par speed)
u. Slow Screen.
Sekarang ada jenis rare earth screen yang mampu menghasilkan gambaran yang baik dengan dosis radiasi yang sangat sedikit.
Car kerja IS :
Bila kristal Kalsium Tungstat terkena sinar x, maka terbentuklah sinar ultra violet yang dapat dilihat mata.
Efek ini dinamakan pendar fluor (fluorescent). Pada umunya memendarkan warna biru violet dan ada juga yang green emitting (hijau).
Intensifyng screen menambah efek sinar x pada film sehingga memperpendek masa penyinaran.
Keburukan IS adalah partikel-partikel debu, bercak-bercak, goresan-goresan atau gangguan lainnya dapat menimbulkan artefak pada hasil film.
Suction Pump
A vacuum pump is a device that removes gas molecules from a sealed volume in order to leave behind a partial vacuum. and The vacuum pump was invented in 1650 by Otto von Guericke.
Types
Pumps can be broadly categorized according to three techniques are:
* Positive displacement pumps use a mechanism to repeatedly expand a cavity, allow gases to flow in from the chamber, seal off the cavity, and exhaust it to the atmosphere.
* Momentum transfer pumps, also called molecular pumps, use high speed jets of dense fluid or high speed rotating blades to knock gaseous molecules out of the chamber.
* Entrapment pumps capture gases in a solid or absorbed state. This includes cryopumps, getters, and ion pumps.
Positive displacement pumps are the most effective for low vacuums. Momentum transfer pumps in conjunction with one or two positive displacement pumps are the most common configuration used to achieve high vacuums. And In this configuration the positive displacement pump serves two purposes. First it obtains a rough vacuum in the vessel being evacuated before the momentum transfer pump can be used to obtain the high vacuum, as momentum transfer pumps cannot start pumping at atmospheric pressures. Second the positive displacement pump backs up the momentum transfer pump by evacuating to low vacuum the accumulation of displaced molecules in the high vacuum pump. Entrapment pumps can be added to reach ultrahigh vacuums, but they require periodic regeneration of the surfaces that trap air molecules or ions. And Due to this requirement their available operational time can be unacceptably short in low and high vacuums,and thus limiting their use to ultrahigh vacuums. and Pumps also differ in details like manufacturing tolerances, sealing material, pressure, flow, admission or no admission of oil vapor, service intervals, reliability, tolerance to dust, tolerance to chemicals, tolerance to liquids and vibration.
Performance measures
* Pumping speed refers to the volume flow rate of a pump at its inlet, often measured in volume per unit of time. And Momentum transfer and entrapment pumps are more effective on some gases than others, so the pumping rate can be different for each of the gases being pumped, and the average volume flow rate of the pump will vary depending on the chemical composition of the gases remaining in the chamber.
* Throughput refers to the pumping speed multiplied by the gas pressure at the inlet, and is measured in units of pressure-volume/unit time. At a constant temperature, throughput is proportional to the number of molecules being pumped per unit time, and therefore to the mass flow rate of the pump. And When discussing a leak in the system or backstreaming through the pump, and throughput refers to the volume leak rate multiplied by the pressure at the vacuum side of the leak, so the leak throughput can be compared to the pump throughput.
Positive displacement and momentum transfer pumps have a constant volume flow rate, (pumping speed,) but as the chamber's pressure drops, this volume contains less and less mass. So although the pumping speed remains constant, the throughput and mass flow rate drop exponentially. Meanwhile, the leakage, evaporation, sublimation and backstreaming rates continue to produce a constant throughput into the system.
Positive displacement
The manual water pump draws water up from a well by creating a vacuum that water rushes in to fill. In a sense, it acts to evacuate the well, although the high leakage rate of dirt prevents a high quality vacuum from being maintained for any length of time.
Mechanism of a scroll pump.
Fluids cannot be pulled, so it is technically impossible to create a vacuum by suction. Suction is the movement of fluids into a vacuum under the effect of a higher external pressure, but the vacuum has to be created first. The easiest way to create an artificial vacuum is to expand the volume of a container. For example, the diaphragm muscle expands the chest cavity, which causes the volume of the lungs to increase. This expansion reduces the pressure and creates a partial vacuum, and which is soon filled by air pushed in by atmospheric pressure
To continue evacuating a chamber indefinitely without requiring infinite growth, a compartment of the vacuum can be repeatedly closed off, exhausted, and expanded again. This is the principle behind positive displacement pumps, like the manual water pump for example. Inside the pump, a mechanism expands a small sealed cavity to create a deep vacuum. Because of the pressure differential, some fluid from the chamber (or the well, in our example) is pushed into the pump's small cavity. The pump's cavity is then sealed from the chamber, opened to the atmosphere, and squeezed back to a minute size.
More sophisticated systems are used for most industrial applications, but the basic principle of cyclic volume removal is the same:
* Rotary vane pump, the most common
* Diaphragm pump, zero oil contamination
* Liquid ring pump
* Piston pump, cheapest
* Scroll pump, highest speed dry pump
* Screw pump (10 Pa)
* Wankel pump
* External vane pump
* Roots blower, also called a booster pump, has highest pumping speeds but low compression ratio
* Multistage Roots pump that combine several stages providing high pumping speed with better compression ratio
* Toepler pump
The base pressure of a rubber- and plastic-sealed piston pump system is typically 1 to 50 kPa, while a scroll pump might reach 10 Pa (when new) and a rotary vane oil pump with a clean and empty metallic chamber can easily achieve 0.1 Pa.
A positive displacement vacuum pump moves the same volume of gas with each cycle, so its pumping speed is constant unless it is overcome by backstreaming.
Momentum transfer
A cutaway view of a turbomolecular high vacuum pump
In a momentum transfer pump, gas molecules are accelerated from the vacuum side to the exhaust side (which is usually maintained at a reduced pressure by a positive displacement pump). Momentum transfer pumping is only possible below pressures of about 1 kPa. Matter flows differently at different pressures based on the laws of fluid dynamics. At atmospheric pressure and mild vacuums, molecules interact with each other and push on their neighboring molecules in what is known as viscous flow. When the distance between the molecules increases, the molecules interact with the walls of the chamber more often than the other molecules, and molecular pumping becomes more effective than positive displacement pumping. This regime is generally called high vacuum.
A Molecular pumps sweep out a larger area than mechanical pumps, and do so more frequently, making them capable of much higher pumping speeds. They do this at the expense of the seal between the vacuum and their exhaust. Since there is no seal, a small pressure at the exhaust can easily cause backstreaming through the pump; this is called stall. In high vacuum, however, pressure gradients have little effect on fluid flows, and molecular pumps can attain their full potential.
The two main types of molecular pumps are the diffusion pump and the turbomolecular pump. Both types of pumps blow out gas molecules that diffuse into the pump by imparting momentum to the gas molecules. And Diffusion pumps blow out gas molecules with jets of oil or mercury, while turbomolecular pumps use high speed fans to push the gas. Both of these pumps will stall and fail to pump if exhausted directly to atmospheric pressure, so they must be exhausted to a lower grade vacuum created by a mechanical pump.
As with positive displacement pumps, the base pressure will be reached when leakage, outgassing, and backstreaming equal the pump speed, but now minimizing leakage and outgassing to a level comparable to backstreaming becomes much more difficult.
* Diffusion pump
* Turbomolecular pump
Entrapment
Entrapment pumps may be cryopumps, which use cold temperatures to condense gases to a solid or adsorbed state, chemical pumps, which react with gases to produce a solid residue, or ionization pumps, which use strong electrical fields to ionize gases and propel the ions into a solid substrate. A cryomodule uses cryopumping.
* Ion pump
* Cryopump
* Sorption pump
* Non-evaporative getter
Other pump types
* Venturi vacuum pump (aspirator) (10 to 30 kPa)
* Steam ejector (vacuum depends on the number of stages, but can be very low)
Techniques
Vacuum pumps are combined with chambers and operational procedures into a wide variety of vacuum systems. Sometimes more than one pump will be used (in series or in parallel) in a single application. A partial vacuum, or rough vacuum, can be created using a positive displacement pump that transports a gas load from an inlet port to an outlet (exhaust) port. Because of their mechanical limitations, such pumps can only achieve a low vacuum. To achieve a higher vacuum, other techniques must then be used, typically in series (usually following an initial fast pump down with a positive displacement pump). And Some examples might be use of an oil sealed rotary vane pump (the most common positive displacement pump) backing a diffusion pump, or a dry scroll pump backing a turbomolecular pump. and There are other combinations depending on the level of vacuum being sought.
Achieving high vacuum is difficult because all of the materials exposed to the vacuum must be carefully evaluated for their outgassing and vapor pressure properties. For example, oils, and greases, and rubber, or plastic gaskets used as seals for the vacuum chamber must not boil off when exposed to the vacuum, or the gases they produce would prevent the creation of the desired degree of vacuum. And Often, all of the surfaces exposed to the vacuum must be baked at high temperature to drive off adsorbed gases.
Outgassing can also be reduced simply by desiccation prior to vacuum pumping. High vacuum systems generally require metal chambers with metal O-ring seals such as Klein flanges or ISO flanges, rather than the rubber o-rings more common in low vacuum chamber seals. and The system must be clean and free of organic matter to minimize outgassing. All materials, solid or liquid, have a small vapour pressure, and their outgassing becomes important when the vacuum pressure falls below this vapour pressure. As a result, many materials that work well in low vacuums, such as epoxy, will become a source of outgassing at higher vacuums. And With these standard precautions, vacuums of 1 mPa are easily achieved with an assortment of molecular pumps. With careful design and operation, 1 µPa is possible.
Several types of pumps may be used in sequence or in parallel. and In a typical pumpdown sequence, a positive displacement pump would be used to remove most of the gas from a chamber, starting from atmosphere (760 Torr, 101 kPa) to 25 Torr (3 kPa). Then a sorption pump would be used to bring the pressure down to 10-4 Torr (10 mPa).and A cryopump or turbomolecular pump would be used to bring the pressure further down to 10-8 Torr (1 µPa). An additional ion pump can be started below 10-6 Torr to remove gases which are not adequately handled by a cryopump or turbo pump, such as helium or hydrogen.
Ultra high vacuum generally requires custom-built equipment, strict operational procedures, and a fair amount of trial-and-error. Ultra-high vacuum systems are usually made of stainless steel with metal-gasketed conflat flanges. And The system is usually baked, preferably under vacuum, to temporarily raise the vapour pressure of all outgassing materials in the system and boil them off. If necessary, this outgassing of the system can also be performed at room temperature, but this takes much more time. And Once the bulk of the outgassing materials are boiled off and evacuated, the system may be cooled to lower vapour pressures to minimize residual outgassing during actual operation. Some systems are cooled well below room temperature by liquid nitrogen to shut down residual outgassing and simultaneously cryopump the system.
In ultra-high vacuum systems, some very odd leakage paths and outgassing sources must be considered. and The water absorption of aluminium and palladium becomes an unacceptable source of outgassing, and even the absorptivity of hard metals such as stainless steel or titanium must be considered.and Some oils and greases will boil off in extreme vacuums. The porosity of the metallic chamber walls may have to be considered, and the grain direction of the metallic flanges should be parallel to the flange face.
The impact of molecular size must be considered. Smaller molecules can leak in more easily and are more easily absorbed by certain materials, and molecular pumps are less effective at pumping gases with lower molecular weights. And A system may be able to evacuate nitrogen (the main component of air) to the desired vacuum, but the chamber could still be full of residual atmospheric hydrogen and helium. Vessels lined with a highly gas-permeable material such as palladium (which is a high-capacity hydrogen sponge) create special outgassing problems.
Uses of vacuum pumps
Vacuum pumps are used in many industrial and scientific processes including:
* The production of most types of electric lamps, vacuum tubes, and CRTs where the device is either left evacuated or re-filled with a specific gas or gas mixture
* Semiconductor processing, notably ion implantation, dry etch and PVD, ALD, PECVD and CVD deposition and soon in photolithography
* Electron microscopy
* Medical processes that require suction
* Medical applications such as such Radiotherapy, Radiosurgery, Radiopharmacy
* Analytical instrumentation to analyse gas, liquid, solid, surface and bio materials
* Mass spectrometers to create an ultra high vacuum between the ion source and the detector
* Vacuum Coating for decoration, for durability, for energy saving
* Glass coating for low e glass
* Hard coating for engine (as in Formula One)
* Ophthalmic coating
* Air conditioning service - removing all contaminants from the system before charging with refrigerant
* Trash compactor
* Vacuum engineering
* even in sewage system see EN1091:1997 standards
* Freeze Drying
Vacuum may be used to power, or provide assistance to mechanical devices. and In diesel engined motor vehicles, a pump fitted on the engine (usually on the camshaft) is used to produce vacuum. In petrol engines, instead, vacuum is obtained as a side-effect of the operation of the engine and the flow restriction created by the throttle plate. This vacuum may then be used to power:
* The vacuum servo booster for the hydraulic brakes
* Motors that move dampers in the ventilation system
* The throttle driver in the cruise control servomechanism
In an aircraft, the vacuum source is often used to power gyroscopes in the various flight instruments. and To prevent the complete loss of instrumentation in the event of an electrical failure, the instrument panel is deliberately designed with certain instruments powered by electricity and other instruments powered by the vacuum source.
History of the vacuum pump
The predecessor to the vacuum pump was the suction pump, which was invented in 1206 by the Arabic engineer and inventor, Al-Jazari. And The suction pump later appeared in Europe from the 15th century. and Taqi al-Din's six-cylinder 'Monobloc' pump, invented in 1551, could also create a partial vacuum, which was formed "as the lead weight moves upwards, it pulls the piston with it, creating vacuum which sucks the water through a non return clack valve into the piston cylinder.
By the 17th century, water pump designs had improved to the point that they produced measurable vacuums, but this was not immediately understood. And What was known was that suction pumps could not pull water beyond a certain height: 18 Florentine yards according to a measurement taken around 1635. (The conversion to metres is uncertain, but it would be about 9 or 10 metres.) This limit was a concern to irrigation projects, mine drainage, and decorative water fountains planned by the Duke of Tuscany, so the Duke commissioned Galileo to investigate the problem. Galileo advertised the puzzle to other scientists, including Gaspar Berti who replicated it by building the first water barometer in Rome in 1639.Berti's barometer produced a vacuum above the water column, but he could not explain it. The breakthrough was made by Evangelista Torricelli in 1643. Building upon Galileo's notes, he built the first mercury barometer and wrote a convincing argument that the space at the top was a vacuum. and The height of the column was then limited to the maximum weight that atmospheric pressure could support. and Some people believe that although Torricelli's experiment was crucial, it was Blaise Pascal's experiments that proved the top space really contained vacuum.
In 1654, Otto von Guericke invented the first vacuum pump and conducted his famous Magdeburg hemispheres experiment, showing that teams of horses could not separate two hemispheres from which the air had been evacuated. Robert Boyle improved Guericke's design and conducted experiments on the properties of vacuum. And Robert Hooke also helped Boyle produce an air pump which helped to produce the vacuum. The study of vacuum then lapsed until 1855, when Heinrich Geissler invented the mercury displacement pump and achieved a record vacuum of about 10 Pa (0.1 Torr). A number of electrical properties become observable at this vacuum level, and this renewed interest in vacuum. This, in turn, led to the development of the vacuum tube.
In the 19th century, Nikola Tesla designed the apparatus, imaged to the right, that contains a Sprengel Pump to create a high degree of exhaustion.
Hazards
Old vacuum-pump oils that were produced before circa 1980 often contain a mixture of several different dangerous polychlorinated biphenyls (PCBs), and which are highly toxic, carcinogenic, persistent organic pollutants.
Radiotherapy
Radiation therapy (or radiotherapy) is the medical use of ionizing radiation as part of cancer treatment to control malignant cells (not to be confused with radiology, the use of radiation in medical imaging and diagnosis). And Radiotherapy may be used
Radiotherapy is used for the treatment of malignant tumors (cancer), and may be used as the primary therapy. And It is also common to combine radiotherapy with surgery, chemotherapy, hormone therapy or some mixture of the three. Most common cancer types can be treated with radiotherapy in some way. And The precise treatment intent (curative, adjuvant, neoadjuvant, therapeutic, or palliative) will depend on the tumour type, location, and stage, as well as the general health of the patient.
Radiation therapy is commonly applied to the cancerous tumour. And The radiation fields may also include the draining lymph nodes if they are clinically or radiologically involved with tumour, or if there is thought to be a risk of subclinical malignant spread. It is necessary to include a margin of normal tissue around the tumour to allow for uncertainties in daily set-up and internal tumor motion. And These uncertainties can be caused by internal movement (for example, respiration and bladder filling) and movement of external skin marks relative to the tumour position.
To spare normal tissues (such as skin or organs which radiation must pass through in order to treat the tumour), shaped radiation beams are aimed from several angles of exposure to intersect at the tumour, providing a much larger absorbed dose there than in the surrounding, healthy tissue.
Mechanism of action
Radiation therapy works by damaging the DNA of cells. The damage is caused by a photon, electron, proton, neutron, or ion beam directly or indirectly ionizing the atoms which make up the DNA chain. Indirect ionization happens as a result of the ionization of water, forming free radicals, notably hydroxyl radicals, which then damage the DNA. In the most common forms of radiation therapy, most of the radiation effect is through free radicals. Because cells have mechanisms for repairing DNA damage, breaking the DNA on both strands proves to be the most significant technique in modifying cell characteristics. And Because cancer cells generally are undifferentiated and stem cell-like, they reproduce more, and have a diminished ability to repair sub-lethal damage compared to most healthy differentiated cells. The DNA damage is inherited through cell division, accumulating damage to the cancer cells, causing them to die or reproduce more slowly. and a Proton radiotherapy works by sending protons with varying kinetic energy to precisely stop at the tumor.
One of the major limitations of radiotherapy is that the cells of solid tumors become deficient in oxygen. This is because solid tumours usually outgrow their blood supply, causing a low-oxygen state known as hypoxia. And The more hypoxic the tumours are the more resistant they are to the effects of radiation because oxygen makes the radiation damage to DNA permanent. Much research has been devoted to overcoming this problem including the use of high pressure oxygen tanks, blood substitutes that carry increased oxygen, hypoxic cell radiosensitizers such as misonidazole and metronidazole, and hypoxic cytotoxins, such as tirapazamine. And There is also interest in the fact that high-LET (linear energy transfer) particles such as carbon or neon ions may have an antitumour effect which is independent of tumour hypoxia.
Side effects
Radiation therapy is in itself painless. and Many low-dose palliative treatments (for example, radiotherapy to bony metastases) cause minimal or no side effects. And Treatment to higher doses causes varying side effects during treatment (acute side effects), in the months or years following treatment (long-term side effects), or after re-treatment (cumulative side effects). and The nature, severity, and longevity of side effects depends on the organs that receive the radiation, the treatment itself (type of radiation, dose, fractionation, concurrent chemotherapy), and the patient.
Most side effects are predictable and expected. and Side effects from radiation are usually limited to the area of the patients body that is under treatment. And One of the aims of modern radiotherapy is to reduce side effects to a minimum, and to help the patient to understand and to deal with those side effects which are unavoidable.
Acute side effects
* Damage to the epithelial surfaces. Epithelial surfaces like skin, oral, pharyngeal and bowel mucosa, urothelium, etc. may sustain damage from radiation therapy. And The rates of onset of damage and recovery from it depend upon the turnover rate of epithelial cells. Typically the skin starts to become pink and sore several weeks into treatment. The reaction may become more severe during the treatment and for up to about one week following the end of radiotherapy, and the skin may break down. And Although this moist desquamation is uncomfortable, recovery is usually quick. Skin reactions tend to be worse in areas where there are natural folds in the skin, such as underneath the female breast, behind the ear, and in the groin.
Similarly, the lining of the mouth, throat, esophagus, and bowel may be damaged by radiation. If the head and neck area is treated, temporary soreness and ulceration commonly occur in the mouth and throat. If severe, this can affect swallowing, and the patient may need painkillers and nutritional support. And The esophagus can also become sore if it is treated directly, or if, as commonly occurs, it receives a dose of collateral radiation during treatment of lung cancer.
The lower bowel may be treated directly with radiation (treatment of rectal or anal cancer) or be exposed by radiotherapy to other pelvic structures (prostate, bladder, female genital tract). And Typical symptoms are soreness, diarrhoea, and nausea.
* Swelling (edema or Oedema). As part of the general inflammation that occurs, swelling of soft tissues may cause problems during radiotherapy. This is a concern during treatment of brain tumours and brain metastases, especially where there is pre-existing raised intracranial pressure or where the tumour is causing near-total obstruction of a lumen (e.g., trachea or main bronchus). And Surgical intervention may be considered prior to treatment with radiation. If surgery is deemed unnecessary or inappropriate, and the patient may receive steroids during radiotherapy to reduce swelling.
* Infertility. The gonads (ovaries and testicles) are very sensitive to radiation. And They may be unable to produce gametes following direct exposure to most normal treatment doses of radiation. And Treatment planning for all body sites is designed to minimize, if not completely exclude dose to the gonads if they are not the primary area of treatment.
* Generalized fatigue.
Medium and long-term side effects
These depend on the tissue that received the treatment; they may be minimal.
Fibrosis
Tissues which have been irradiated tend to become less elastic over time due to a diffuse scarring process.
Hair loss
This may be most pronounced in patients who have received radiotherapy to the brain. and Unlike the hair loss seen with chemotherapy, radiation-induced hair loss is more likely to be permanent, but is also more likely to be limited to the area treated by the radiation.
Dryness
The salivary glands and tear glands have a radiation tolerance of about 30 Gy in 2 Gy fractions, a dose which is exceeded by most radical head and neck cancer treatments. And Dry mouth (xerostomia) and dry eyes (xerophthalmia) can become irritating long-term problems and severely reduce the patient's quality of life. Similarly, sweat glands in treated skin (such as the armpit) tend to stop working, and the naturally moist vaginal mucosa is often dry following pelvic irradiation.
Fatigue
Fatigue is among the most common symptoms of Radiation therapy, and can range from a few months, a few years, depending on the quantity of the treatment and cancer type. And Lack of Energy, reduced activity and overtired feelings are common symptoms
Cancer
Radiation is a potential cause of cancer, and is secondary malignancies are seen in a very small minority of patients, generally many years after they have received a course of radiation treatment. In the vast majority of cases, this risk is greatly outweighed by the reduction in risk conferred by treating the primary cancer.
Death
Radiation has potentially excess risk of death from heart disease seen after some past breast cancer RT regimens.
Cumulative side effects
Cumulative effects from this process should not be confused with long-term effects when short-term effects have disappeared and long-term effects are subclinical, and reirradiation can still be problematic.
Dose
The amount of radiation used in radiation therapy is measured in gray (Gy), and varies depending on the type and stage of cancer being treated. And For curative cases, the typical dose for a solid epithelial tumor ranges from 60 to 80 Gy, and while lymphoma tumors are treated with 20 to 40 Gy.
Preventative (adjuvant) doses are typically around 45 - 60 Gy in 1.8 - 2 Gy fractions (for Breast, Head and Neck cancers respectively.) and Many other factors are considered by radiation oncologists when selecting a dose, including whether the patient is receiving chemotherapy, and whether radiation therapy is being administered before or after surgery, and the degree of success of surgery.
Fractionation
The total dose is fractionated (spread out over time) for several important reasons. and Fractionation allows normal cells time to recover, while tumor cells are generally less efficient in repair between fractions. And Fractionation also allows tumor cells that were in a relatively radio-resistant phase of the cell cycle during one treatment to cycle into a sensitive phase of the cycle before the next fraction is given. Similarly, tumor cells that were chronically or acutely hypoxic (and therefore more radioresistant) may reoxygenate between fractions, improving the tumor cell kill. And Fractionation regimes are individualised between different radiotherapy centres and even between individual doctors. In the USA, Australia, and Europe, the typical fractionation schedule for adults is 1.8 to 2 Gy per day, five days a week. And In the northern United Kingdom, fractions are more commonly 2.67 to 2.75 Gy per day, and which eases the burden on thinly spread resources in the National Health Service. is In some cancer types, prolongation of the fraction schedule over too long can allow for the tumor to begin repopulating, and for these tumor types, including head-and-neck and cervical squamous cell cancers, radiation treatment is preferably completed within a certain amount of time. And For children, a typical fraction size may be 1.5 to 1.8 Gy per day, as smaller fraction sizes are associated with reduced incidence and severity of late-onset side effects in normal tissues.
In some cases, two fractions per day are used near the end of a course of treatment. And This schedule, known as a concomitant boost regimen or hyperfractionation, is used on tumors that regenerate more quickly when they are smaller. In particular, tumors in the head-and-neck demonstrate this behavior.
One of the best-known alternative fractionation schedules is Continuous Hyperfractionated Accelerated Radiotherapy (CHART). AND CHART, used to treat lung cancer, consists of three smaller fractions per day. Although reasonably successful, CHART can be a strain on radiation therapy departments.
And Implants can be fractionated over minutes or hours, or they can be permanent seeds which slowly deliver radiation until they become inactive.
History of radiation therapy
Radiation therapy has been in use as a cancer treatment for more than 100 years, with its earliest roots traced from the discovery of x-rays in 1895.and The concept of therapeutic radiation was invented by German physicist Wilhelm Conrad Röntgen when he discovered that the x-ray was a powerful and effective tool with which to treat cancer.
The field of radiation therapy began to grow in the early 1900s largely due to the groundbreaking work of Nobel Prize-winning scientist Marie Curie-Sklodowska, who discovered the radioactive elements polonium and radium. and This began a new era in medical treatment and research.and Radium was used in various forms until the mid-1900s when cobalt and caesium units came into use. Medical linear accelerators have been developed since the late 1940s.
With Godfrey Hounsfield’s discovery of computed tomography (CT), three-dimensional planning became a possibility and created a shift from 2-D to 3-D radiation delivery; physicians and physics were no longer limited because CT-based planning allowed physicians to directly measure the dose delivered to the patient's anatomy based on axial tomographical images. And Orthovoltage and cobalt units have largely been replaced by megavoltage linear accelerators, useful for their penetrating energies and lack of physical radiation source.
In the last few decades, and the advent of new imaging technologies, e.g., magnetic resonance imaging (MRI) in the 1970s and positron emission tomography (PET) in the 1980s, as well as new radiation delivery and visualization products, e.g., digital linear accelerator, image fusion has moved radiation therapy from 3-D conformal to intensity-modulated radiation therapy (IMRT) and image-guided radiation therapy (IGRT).and These advances have resulted in better treatment outcomes and fewer side effects. AND Now 50-70% of cancer patients receive radiation therapy is as part of their cancer treatment.
Types of radiation therapy
Historically, the three main divisions of radiotherapy are external beam radiotherapy (EBRT or XBRT) or teletherapy, brachytherapy or sealed source radiotherapy and unsealed source radiotherapy. And The differences relate to the position of the radiation source; external is outside the body, while sealed and unsealed source radiotherapy has radioactive material delivered internally. And Brachytherapy sealed sources are usually extracted later, while unsealed sources may be administered by injection or ingestion. Proton therapy is a special case of external beam radiotherapy where the particles are protons. Introperative radiotherapy is a special type of radiotherapy that is delivered immediately after surgical removal of the cancer. And This method has been employed in breast cancer (TARGeted Introperative radioTherapy), brain tumours and rectal cancers.
Conventional external beam radiotherapy
Conventional external beam radiotherapy (2DXRT) is delivered via two-dimensional beams using linear accelerator machines. 2DXRT mainly consists of a single beam of radiation delivered to the patient from several directions: often front or back, and both sides. And Conventional refers to the way the treatment is planned or simulated on a specially calibrated diagnostic x-ray machine known as a simulator because it recreates the linear accelerator actions (or sometimes by eye), and to the usually well-established arrangements of the radiation beams to achieve a desired plan. And The aim of simulation is to accurately target or localize the volume which is to be treated. This technique is well established and is generally quick and reliable. and The worry is that some high-dose treatments may be limited by the radiation toxicity capacity of healthy tissues which lay close to the target tumor volume. An example of this problem is seen in radiation of the prostate gland, where the sensitivity of the adjacent rectum limited the dose which could be safely prescribed using 2DXRT planning to such an extent that tumor control may not be easily achievable. And Previous to the invention of the CT, physicians and physicists had limited knowledge about the true radiation dosage delivered to both cancerous and healthy tissue. For this reason, 3-dimensional conformal radiotherapy is becoming the standard treatment for a number of tumor sites.
Virtual simulation, 3-dimensional conformal radiotherapy, and intensity-modulated radiotherapy
On The planning of radiotherapy treatment has been revolutionized by the ability to delineate tumors and adjacent normal structures in three dimensions using specialized CT and/or MRI scanners and planning software. and Virtual simulation, the most basic form of planning, allows more accurate placement of radiation beams than is possible using conventional X-rays, where soft-tissue structures are often difficult to assess and normal tissues difficult to protect.
An enhancement of virtual simulation is 3-Dimensional Conformal Radiotherapy (3DCRT), in which the profile of each radiation beam is shaped to fit the profile of the target from a beam's eye view (BEV) using a multileaf collimator (MLC) and a variable number of beams. And When the treatment volume conforms to the shape of the tumour, the relative toxicity of radiation to the surrounding normal tissues is reduced, allowing a higher dose of radiation to be delivered to the tumor than conventional techniques would allow.
Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT) is an advanced type of high-precision radiation that is the next generation of 3DCRT. and IMRT also improves the ability to conform the treatment volume to concave tumor shapes, for example when the tumor is wrapped around a vulnerable structure such as the spinal cord or a major organ or blood vessel. Computer-controlled x-ray accelerators distribute precise radiation doses to malignant tumors or specific areas within the tumor. The pattern of radiation delivery is determined using highly-tailored computing applications to perform optimization and treatment simulation (Treatment Planning). And The radiation dose is consistent with the 3-D shape of the tumor by controlling, or modulating, the radiation beam’s intensity. The radiation dose intensity is elevated near the gross tumor volume while radiation among the neighboring normal tissue is decreased or avoided completely. The customized radiation dose is intended to maximize tumor dose while simultaneously protecting the surrounding normal tissue. And Because sparing healthy tissue as compared with conventional radiation therapy techniques (2DXRT and 3DCRT). This in turn results in better tumor targeting, lessened side effects, and improved treatment outcomes than even 3DCRT.
3DCRT is still used extensively for many body sites but the use of IMRT is growing in more complicated body sites such as CNS, head and neck, prostate, breast and lung. Unfortunately, IMRT is limited by its need for additional time from experienced medical personnel. This is because physicians must manually delineate the tumors one CT image at a time through the entire disease site which can take much longer than 3DCRT preparation. Then, medical physicists and dosimetrists must be engaged to create a viable treatment plan. Also, the IMRT technology has only been used commercially since the late 1990s even at the most advanced cancer centers, so radiation oncologists who did not learn it as part of their residency program must find additional sources of education before implementing IMRT.
Proof of improved survival benefit from either of these two techniques over conventional radiotherapy (2DXRT) is growing for many tumor sites, but the ability to reduce toxicity is generally accepted. Both techniques enable dose escalation, potentially increasing usefulness. There has been some concern, particularly with 3DCRT, about increased exposure of normal tissue to radiation and the consequent potential for secondary malignancy. Overconfidence in the accuracy of imaging may increase the chance of missing lesions that are invisible on the planning scans (and therefore not included in the treatment plan) or that move between or during a treatment (for example, due to respiration or inadequate patient immobilization). and New techniques are being developed to better control this uncertainty—for example, real-time imaging combined with real-time adjustment of the therapeutic beams. This new technology is called image-guided radiation therapy (IGRT) or four-dimensional radiotherapy.
Radio isotope Therapy (RIT)
Radiotherapy can also be delivered through infusion (into the bloodstream) or ingestion. Examples are the infusion of metaiodobenzylguanidine (MIBG) to treat neuroblastoma, of oral iodine-131 to treat thyroid cancer or thyrotoxicosis, and of hormone-bound lutetium-177 and yttrium-90 to treat neuroendocrine tumors (peptide receptor radionuclide therapy). And Another example is the injection of radioactive glass or resin microspheres into the hepatic artery to radioembolize liver tumors or liver metastases.
In 2002, the United States Food and Drug Administration (FDA) approved Ibritumomab tiuxetan (Zevalin), and which is a monoclonal antibody anti-CD20 conjugated to a molecule of Yttrium-90. and In 2003, the FDA approved Tositumomab Iodine-131 (Bexxar), which conjugates a molecule of Iodine-131 to the monoclonal antibody anti-CD20. and These medications were the first agents of what is known as radioimmunotherapy, and they were approved for the treatment of refractory non-Hodgkins lymphoma.
Panoramic
An Orthopantomogram (OPG), also known as an "orthopantogram" or "panorex", is a panoramic scanning dental X-ray of the upper and lower jaw. and It shows a
Equipment
Dental panoramic radiography equipment consists of a horizontal rotating arm which holds an X-ray source and a moving film mechanism (carrying a film) arranged at opposed extremities. The patient's skull sits between the X-ray generator and the film. The X-ray source is collimated toward the film, to give a beam shaped as a vertical blade having a width of 4-7mm when arriving on the film, after crossing the patient's skull. Also the height of that beam covers the mandibles and the maxilla regions. and The arm moves and its movement may be described as a rotation around an instant center which shifts on a dedicated trajectory.
The manufacturers propose different solutions for moving the arm, trying to maintain constant distance between the teeth to the film and generator. Also those moving solutions try to project the teeth arch as orthogonally as possible. It is impossible to select an ideal movement as the anatomy varies very much from people to people. Finally a compromise is selected by each manufacturer and results in magnification factors which vary strongly along the film (15%-30%). and The patient positioning is very critical in regard to both sharpness and distortions.
Forming the image
Normally, the person bites on a plastic spatula so that all the teeth, especially the crowns can be viewed individually. The whole orthopantomogram process takes about one minute.
Because the collimation, while rotating, the X-rays projects on the film only a limited portion of the anatomy, at every instant but, as the rotation progresses around the skull, the whole maxillo-facial block is scanned. While the arm rotates, the film moves in a such way that the projected partial skull image (limited by the beam section) scrolls over it and exposes it entirely. and Because the beam travels across the skull, the partial image it projects on the film every instant contains all the anatomical elements it crossed in the skull, overlapped. Not all the overlapped element images projected on the film have the same magnification because the beam is divergent and the elements are at different distances from the generator focus. Also not all the element images move with the same velocity on the target film as some of them are far and other closer to the instant rotation center. and The velocity of the film is controlled in such fashion to fit exactly the velocity of is projection of the anatomical elements of the dental arch side which is closer to the film. And Therefore they are recorded sharply while the elements in different places are recorded blurred as they scroll at different velocity.
The dental panoramic image suffers from important distortions because a vertical zoom and a horizontal zoom both varying differently along the image. And The vertical and horizontal zooms are determined by the relative position of the recorded element versus film and generator. Closer to the generator means bigger vertical zoom. More, the horizontal zoom is also dependent on the relative position of the element to the focal path. Inside the focal path arch means bigger horizontal zoom and blurred, is outside means smaller horizontal and blurred.
The result is an image showing sharply the section along the mandible arch and blurred the rest. For example, the more radio-opaque anatomical region, the cervical vertebras (neck), shows as a wide and blurred vertical pillar overlapping the front teeth. and The path where the anatomical elements are recorded sharply is called "focal path".
Films
There are two kind of film moving mechanisms one using a sliding flat cassette which holds the film and another using a rotating cylinder which has the film wound around. And There are two standard sizes for dental panoramic films 30cm x12cm (12"x 5") and 30cm x 15cm (12"x6"). and The smaller size film involves 8% less of X-ray dosage.
Digital
Dental X-rays radiology moves from film technology (involving a chemical developing process) to Digital X-ray which is based on electronic sensors and computers. One of the principal advantages compared to film based systems is the much greater exposure latitude. And This means much less repeats, which also reduces patient exposure to radiation. Lost xrays can also be reprinted. And Other significant advantages include instantly viewable images, ability to enhance images, ability to email images to practitioners and clients, easy and reliable document handling, reduced X-ray exposure, no darkroom is required, no chemicals are used.
A One particular type of digital system uses a Photostimulable Phosphor Plate (aka PSP - Phosphor Plate) in place of the film. After X-ray exposure the plate (sheet) is placed in a special scanner where the latent formed image is retrieved point by point and digitized, using a laser light scanning. The digitized images are stored and displayed on the computer screen. And This method is half way between old film based technology and the current direct digital imaging technology. It is similar to the film process because it involves the same image support handling and differs because the chemical development process is replaced by the scanning process. And This is not much faster that film processing and the resolution and sensitivity performances are contested. However it has the clear advantage to be able to fit with any pre-existing equipment without a any modification because it replaces just the existing film.
Also some times the term "Digital X-rays" is used to designate the scanned film documents which further are handled by computers.
The other types of digital imaging technologies use electronic sensors. A majority of them first convert the X-rays in light (using a GdO2S or CsI layer) which is further captured using a CCD or a CMOS image sensor. Few of them use a hybrid arrangement which first convert the X-ray into electricity (using a CdTe layer) and then this electricity is the captured as an image by a reading section based on CMOS technology.
And In current state-of-the-art digital systems, the image quality is vastly superior to conventional film-based systems.
Historical milestones for Digital Panoramic Systems
1995 - DXIS, the world wide first dental digital panoramic X-rays system available on the market, introduced by Signet (France). DXIS targets to retrofit all the panoramic models.
1997 - SIDEXIS, of Siemens (currently Sirona, Germany) offered a digital option for Ortophos Plus panoramic unit, DigiPan of Trophy Radiology (France) offered an a digital option for the OP100 panoramic made by Instrumentarium (Finland).
1998-2004 - many panoramic manufacturers offered their own digital system.
Diagnostic uses
OPGs are used by Dentists to provide information on are:
* Impacted wisdom teeth
* Periodontal bone loss
* Finding the source of dental pain
* Assessment for the placement of dental implants
* Orthodontic assessment
And The most common use is to determine the status of wisdom teeths.